Kopi, sebagaimana tumbuhan lainnya memerlukan sejumlah prasyarat agar menghasilkan density atau kadar kekerasan biji kopi yang diinginkan yaitu: Pertama, elevation(ketinggian). Rata-rata kopi (baik Arabicadan Robusta) mensyaratkan lokasi ketinggian di perbukitan atau pegunungan untuk pertumbuhannya. Untuk Arabica membutuhkan tinggi 900-1800 dari permukaan laut sementara Robusta di bawa 900 meter. Kedua, iklim dan curah hujan. Dikarenakan cahaya matahari langsung dan curah hujan secara langsung kurang baik untuk pertumbuhan kopi maka diperlukan shade grown atau tanaman penaung agar melindungi kopi dari cahaya matahari berlebihan. Ketiga, tanaman kopi membutuhkan temperatur yang sejuk yaitu sekitar 16-18 Celcius. Keempat, tanaman kopi membutuhkan unsur hara dalam tanah dalam jumlah yang maksimal. Oleh karenanya tanah yang mengandung hara biasanya terkandung dari bahan-bahan vulkanis, maka unsur itu hanya di dapat di daerah pegunungan. Kelima, perawatan yang meliputi pemupukkan dari bahan-bahan organik ( 5 Syarat Budidaya Pohon Kopi – ilmubarista.com). Namun persyaratan di atas khususnya bagian yang pertama yaitu ketinggian tidak berlaku bagi Yuri Dulloh, pengusaha kopi dari daerah Pucangan, Ambal yang sudah menekuni usahanya selama 10 tahun ini. Kopi yang diproduksi dengan merek Yuam Roasted Coffe di tanam di lokasi tanah datar yang jaraknya beberapa kilometer saja dari bibir pantai. Dan hasilnya tidak kalah baik dibandingkan jenis kopi yang ditanam di dataran tinggi bahkan memiliki sejumlah karakteristik khas yang tidak didapati di daerah lainnya.
 

Saat berkunjung ke kediamannya, mas Yuri memperlihatkan kebun kopinya di belakang rumah dimana berbagai jenis biji kopi hasil persilangannya di tanam. Beberapa jenis variasi biji kopi yang dihasilkannya dinamai dengan kopi wamen dan kopi nangka serta Long Yuam. Kopi wamen merupakan singkatan Jawa Kebumen dengan ciri biji yang kecil dan masuk kategori Robusta dengan kadar kafein tinggi dibandingkan Arabica. Nama lainnya adalah kopi salam karena ukurannya mirip buah salam. Kopi nangka, terkategori kopi Liberica. Disebut nangka karena ada citarasa frutty(asam) seperti nangka. Tinggi pohon bisa mencapai 10 meter dengan daun yang lebar dan tebal. Sementara kadar kafeinnya lebih rendah dibanding Robusta. Adapun Long Yuam masuk kategori Robusta dengan buah yang besar sampai 2 cm dalam bentuk cerry namun ukuran green bean-nya 1,7 cm. Setelah mengalami proses roasting, ukurannya bisa mengembang lebih besar dan kadar kafeinnya tinggi.



Pengusaha kopi yang pernah menyabet sejumlah penghargaan al., Juara Utama Krenova Jateng 2016, Finalis Wira Usaha Muda Mandiri, Inkubasi Balitbang Jateng serta Inkubasi Kemenristedikti 2017 bahkan diundang Kompas Tv dengan pemandu acara Andy Noya bukan hanya mengajak dan memperlihat kebun kopinya melainkan mengajarkan membuat rajikan kopi dan menikmati citara rasa baru melalui gelas bambu yang dia buat. Biji kopi yang telah digerus dan dihaluskan oleh mesin kemudian dituangkan dalam gelas bambu dimana di bawah gelas bambu ditaruh gelas atau cangkir kopi. Kemudian dituang air panas dan dibiarkan selama beberapa menit hingga keluar tetesan kopi hasil penyulingan oleh gelas bambu tersebut. Dan cita rasa hasil penyulingan tersebut...hmmmm....ada sensasi khas yang merupakan hasil pertemuan bambu dan kopi.


Yang lebih menarik dan tidak diduga sama sekali adalah ketika Mas Yuri Dulloh mengajarkan cara membuat Latte atau Coffe Latte. Latte sendiri jenis minuman yang pertama kali di Italia tahun 1950 oleh pemilik kafe dan barista pertama bernama Lino Meiorin dimana Latte adalah espresso atau kopi yang dicampur dengan susu. Kita bisa menikmati Coffe Latte di sejumlah Cafe Shop dengan harga yang bisa puluhan hingga ratusan ribu, namun kali ini Mas Yuri Dulloh melakukan cracking dan membagi ilmunya cara membuat latte dan menghias hasil kopi espresso tersebut. Ada aspek teatrikal yang menarik sesaat sebelum menyeduh kopi yaitu saat kita menuangkan susu dan coklat serta menghias dengans sedotan. Dan itu bukan dilakukan oleh penjual tapi oleh kita para penikmat kopi. Sakralitas dan kelas sosial jenis minuman Coffe Latte yang bisa diperoleh di  Cafe Shop atau membeli sachet-an kini menjadi milik masyarakat kelas manapun karena Mas Yuri telah mengajari cara yang sederhana dalam membuatnya.


Kopi memang bukan hanya bicara soal komoditi dan cita rasa melainkan berbicara banyak hal yang terlibat di dalamnya baik sejarah perjalanan kopi maupun kelas-kelas sosial yang menikmati kopi dan terbentuk oleh kedai-kedai kopi. Bahkan di Eropa Abad 17, kedai-kedai kopi dan salon-salon (forum pertemuan) menjadi ruang publik terbentuknya opini publik sebagaimana dikatakan Sosiolog Jurgen Habermas, “Dominasi kota semakin diperkuat oleh institusi-institusi baru yang dengan semua ragamnya, di Inggris Raya dan Prancis mengambil alih fungsi-fungsi sosial yang sama: kedai-kedai kopi di zaman keemasan Inggris antara tahun 1680 sampai 1730 dan salon-salon di periode transisi perwakilan dengan Revolusi Prancis. Di dua negara ini, kedai kopi dan salon menjadi pusat kritik – awalnya hanya bersifat kesusatraan, namun kemudian menjadi politis juga – yang di dalamnya mulai lahir kelompok baru di masyarakat aristoratis dan para intelektual borjuis, sebuah kelompok terdidik yang memiliki kesamaan-kesamaan tertentu” (Ruang Publik: Sebuah Kajian Tentang Kategori Masyarakat Borjuis, 2015:49). 

Semangat enterpreneur Mas Yuri Dulloh perlu diapresiasi karena kegigihan dan sikap visionernya yang jauh melihat ke depan. Kiranya banyak masyarakat yang mulai dapat melihat sikap visionernya dan bergabung serta membangun cita rasa kopi Kebumen dan memperkenalkannya ke pasar nasional maupun internasional. Sejumlah pembenahan masih perlu dilakukan secara maksimal oleh Mas Yuri Dulloh baik soal lokasi dan penataan ruangan kerja sehingga suatu saat mendapatkan kunjungan untuk studi banding ataupun sekedar mencicipi cita rasa kopi, pengunjung benar-benar mendapatkan sentuhan rasa dan sensasi kopi sekaligus ruangan yang nyaman untuk berinteraksi.